Minggu, 23 Agustus 2009

Si Pelit AesopSeorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi."Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!""Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?""Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu."Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"

Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.                                              

 pengarang : m. anwar

tahun terbit : 2006

sumber :http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Si-Pelit-58

Senin, 10 Agustus 2009

PUISI PERSAHABATAN

Tak mengenal ras dan bahasa
Jangan pandang ia dari warna
Papa dan kaya bukan bencana
Susah dan senang lalui cerita

Terdiam kita dalam kesunyian
Merenung ia tak kunjung datang
Menangisi kenangan mati dijalan
Seribu keceriaan tak terlupakan

Jagalah kesucian dari sang hitam
Lebih dan kurang jadi bimbingan
Menutupi fitnah jangan berjalan
Jauhkan beban dari sang kelam

Mengapa kita mengotorinya
padahal suci didepan mata
Mengapa hati mesti dikhianati
Bila sang raja benar mengarahi

SUARAKU BERHARAP

Disini aku masih sendiri
Merenungi hari-hari sepi
Aku tanpamu
Masih tanpamu

Bila esok hari datang lagi
Ku coba untuk hadapi semua ini
Meski tanpamu
Meski tanpamu

Bila aku dapat bintang yang berpijar
Mentari yang tenang bersamaku disini
Ku dapat tertawa menangis merenung
Di tempat ini aku bertahan

Suara dengarkanlah aku
Apa kabarnya pujaan hatiku
Aku disini menunggunya
Masih berharap di dalam hatinya
Suara dengarkanlah aku
Apakah aku s’lalu dihatinya
Aku disini menunggunya
Masih berharap di dalam hatinya

Kalau aku masih tetap disini
Ku lewati semua yang terjadi
Aku menunggumu
Aku menunggu


Sahabat…

Antara Kau dan Kehangatan Itu…Duhai Sahabat!

Seandainya senyum in bertaut selamanya
diraga..dijiwa…dan senantiasa menemani
Kala suka, duka, nyeri yang begitu perih
Akan cinta, kerinduan, bahkan ketika airmata menetes dipipi

Siapakah yang akan mengetahui
Tentang smua yg akan terjadi
Hikmah dari pertemuan….
Arti dari Pelukan…
Kehangatan itu begitu berarti bagiku







pengkhianatan

kau cahaya bagi hidupku
kau terangi ku di malamku
kau pangeran dalam hidupku
tanpa terasa waktu terus berlalu kau begitu indah dalam hidupku kau cerahkan hatiku dengan warna indahnya pelangi seperti malaikat yg tercipta untukku tapi mengapa sekarang kau pergi goreskan luka yg teramat dalam hingga ku mencoba tuk membencimu tuk slamanya kini tak ada dirimu dihatiku untuk slamanya